Kamis, 29 Mei 2014

Bijih besi merupakan bahan baku utama industri baja. Bijih besi adalah bahan galian yang mengandung unsur besi (Fe) yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis pada tempat dan waktu tertentu, pada kondisi biaya dan harga pasar saat itu. [Wahyudi Utomo, 2005] Bijih besi adalah campuran mineral berharga yang mengandung besi dengan mineral-mineral lainnya yang kurang berharga yang disebur gangue. Meskipun dapat digunakan langsung untuk bahan baku pembuatan besi, bijih besi tersebut biasanya diolah terlebih dahulu untuk memperbaiki karakteristik kimia dan fisikanya. Semua cara digunakan untuk mengolah dan memperbaiki karakteristik kimia dan fisika yang disebut proses benefisiasi bijih (ore beneficiation). Mineral yang mengandung besi dapat dikelompokkan menurut komposisi kimianya sebagai oksida, karbonat, sulfida, dan silikat. . [Wahyudi Utomo, 2005]

1. Magnetite Rumus kimia Fe3O4 (72,36% Fe, 27,64 % O). Warna abu-abu tua sampai hitam. Bersifat magnetik kuat. Kadang-kadang magnetite mengandung Titanium dalam bentuk inklusi Ilmenite. Jika kandungan Ti mencapai 2-15%, magnetite disebut Titaniferous magnetite.

2. Hematite Komposisi kimia Fe2O3 (69,94% Fe, 30,06% O). warna abu-abu sampai merah, bersifat magnet dan merupakan jenis bijih besi yang paling penting dalam industri baja.

3. Limonite Merupakan hydrous oxide (oksida besi yang mengandung air) yang secara mineralogis terdiri dari beberapa macam campuran mineral goethite. Goethite adalah mineral yang mempunyai komposisi kimia HFeO2 (62,85% Fe, 27,01% O, dan 10,14% air), berwarna kuning atau coklat mendekati hitam.

4. Ilmenite Ilmenite mempunyai komposisi kimia FeTiO3 (36,80% Fe, 31,57% Ti, dan 31,63% O). Ilmenite sering dapat bersama-sama dengan magnetite, ilmenite juga dikenal sebagai besi titanat. Umumnya, ilmenite ditambang untuk mendapatkan unsur titaniumnya, sedangkan Fe hanya sebagai produk samping.

5. Siderite Merupakan mineral besi karbonat. Komposisi kimia FeCO3 (48,20% Fe, 37,99% CO2, dan 13,81% O). berwarna putih sampai abu-abu kehijauan dan coklat. Umumnya mengandung sejumlah kalsium, magnesium, dan mangan. Bijih besi karbonat biasanya di kalsinasi terlebih dahulu sebelumnya dimasukkan kedalam tanur tinggi (blast furnace). Karena mengandung Ca dan Mg dalam jumlah yang cukup, unsur-unsur tersebut bertindak sebagai flux yang berasal dari bijih sendiri

genesa bijih Besi

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap Formasi Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
Proses terjadinya cebakan bijih besi didaerah penelitian berkaitan dengan proses-proses tersebut diatas, dalam hal ini peristiwa tektonik, metamorfosa dan metasomatisme kontak berperan untuk terjadinya cebakan bijih besi di daerah penelitian. Bila dikaitkan dengan batuan yang tersingkap didaerah penelitian yaitu batuan metamorfosa seperti marmer yang dulunya merupakan batugamping, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya bijih karena terjadinya proses metamorfosa pada batugamping. Kemudian akibat proses magmatisme pada batugamping terjadi proses penggantian (replacement) sehingga larutan yang mengandung mineral bijih terendapkan bersamaan dengan terbentuknya batuan metamorfosa (marmer).
Setelah proses mineralisasi (pasca-mineralisasi), terjadi kembali peristiwa tektonik setempat yang membentuk sesar mendatar dan sesar normal, struktur tersebut akan membentuk kembali geometri dari cebakan mineral atau akan terjadi dislokasi.

1.  PENDAHULUAN
Secara prosentase, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk Domestik Bruto termasuk relatif kecil daripada dengan sektor lain, yaitu (0,36 % per tahun), tetapi secara angka ternyata cukup mengejutkan (427 milyar rupiah dalam kurun 1996-1999).
Namun demikian, khusus konsumsi bahan galian batu gamping ternyata relatif stabil, tidak terganggu oleh tingkat ekonomi yang semakin terpuruk. Hal ini ditunjukkan oleh kebutuhan batu gamping untuk bahan baku semen masih tetap menjanjikan. Jumlah penduduk yang semakin dewasa dan bertambah setiap tahun (2%) merupakan alasan bahwa kebutuhan rumah sebagai sarana tempat tinggal masih tetap pilihan nomor satu. Industri lain pemakai batu gamping memegang peran yang tidak dapat dipisahkan karena konstribusi terhadap total konsumsi cukup nyata, seperti industri pertanian, kertas dan banyak lagi yang lain. Kondisi iitu, secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi pengusahaan pertambangan batu gamping. 
2. GEOLOGI DAN  PENAMBANGAN
2.1  Mula Jadi
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau kimia.
Di alam, sebagian besar batu gamping terjadi secara organik dan umumnya mempunyai nilai ekonomis. Jenis ini berasal dari pengendapan rumah kerang dan siput, foraminifera (ganggang), atau  kerangka binatang koral/kerang.
Mula jadi batu gamping secara mekanik bahannya hampir sama dengan secara organik. Yang membedakan adalah terjadi perombakan terhadap bahan gamping kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sementara secara kimia batu gamping terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar.  
Endapan batu gamping disebut endapan sinter kapur, apabila pengendapan terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping di bawah permukaan, kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir adalah unsur pengotor yang mengendap saat proses pengendapan. Keberadaan  pengotor memberikan klasifikasi jenis batu gamping. Persentase unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu gamping mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam. Warna kemerah-merahan disebabkan oleh adanya unsur mangan sementara kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsur organik.
Mineral pengotor lain yang terdapat pada batu gamping tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit adalah magnesit; kuarsa; feldspar; (kaolin, illit dsb); besi (hematit, ilmenit); dan mineral sulfida (pirit, markasit). Batu gamping bersifat keras, padat, dan dapat pula bersifat sarang.
Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karabonat dalam batuan. Jika kandungan kalsit dalam batuan dominan, maka dapat dikatakan sebagai batu gamping. Apabila kandungan dolomit (MgCO3) yang paling  banyak (>15%) maka batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan dolomit (Tabel 1).
Batu gamping yang mengalami meta-morfosa akan berubah penampakan-nya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batu gamping tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada marmer.  Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan batu gamping sehingga membentuk kalsit.
Di beberapa daerah endapan batu gamping sering ditemukan gua dan sungai bawah tanah. Hal itu terjadi  akibat reaksi batu gamping dengan resapan air hujan yang mengandung CO2 maupun dari hasil pembusukan zat-zat organik dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah kemudian melarutkan batu gamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut:
CaCO3 + 2 CO2 + H2O à Ca (HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun di dalam tubuh batu gamping terjadi rongga. Gejala ini tidak hanya terjadi di dalam, tetapi juga di permukaan yang langsung berhubungan dengan udara luar yang kadang-kadang membentuk topografi karst yang indah menarik dan unik, atau juga sering dijumpai berbagai lubang tegak, miring, atau datar.
Tabel 1 Klasifikasi batu gamping berdasarkan unsur ikutannya.

Batu gamping Lempungan
Batu gamping
CaCO3  > 95 %
Lempung  < 5 %
Batu gamping napalan
CaCO3  ;  85 - 95 %
Lempung ;  5 - 15 %
Batugamping napal
CaCO3  ;  75 - 85 %
Lempung  ; 15 - 25 %
Napal gampingan
CaCO3  ;  65 - 75 %
Lempung ;  25 - 35 %
Napal
CaCO3  ;  35 - 75 %
Lempung ;  35 - 65 %
Napal lempung
CaCO3  ;  25 - 35 %
Lempung ;  65 - 75 %
Lempung napal
CaCO3  ;  15 - 25 %
Lempung ;  75 - 85 %
Lempung napalan
CaCO3  ;   5 - 15 %
Lempung ;  85 - 95 %
Lempung (karlin)
CaCO3  ;   <  5 %
Lempung ;  > 95 %
Pemanfaatan di industri dan perdagangan
Kapur putih
CaCO3  > 90 %
Lempung  < 10 %
Kapur hidrolis
CaCO3  ;  75 - 90 %
Lempung ;  10 - 25 %
Kapur semen
CaCO3  ;  70 - 75 %
Lempung ;  25 - 30 %
Kapur romawi
CaCO3  ;  60 - 70 %
Lempung ;  30 - 40 %
Portland semen
CaCO3  ;  25 - 60 %
Lempung ;  40 - 75 %
Berdasarkan adanya kalsit dan magnesit
Batugamping
Kalsit  >  95%
Magnesit     < 5 %
Batugamping  magnesiuman
Kalsit  >  90 - 95%
Magnesit      5 - 10%
Batugamping dolomitan
Kalsit       50 - 90%
Magnesit     10 - 50%
Dolomit gampingan
Kalsit      10 - 50%
Magnesit     50 - 90%
Dolomit
Kalsit  <  0%
Magnesit  > 90%
Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena ka dan kimianya.  2.2 Mineralogi
2.2. Mineralogi
Batu gamping adalah batuan sedimen mengandung CaCO3 (Kalsium karbonat = kalsit).  Aragonit yang berkomposisi kimia serupa CaCO3 tapi berbeda struktur kristalnya adalah mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu terubah menjadi kalsit. Mineral karbonat lain yang berasosiasi dengan batu gamping adalah kalsit dan aragonit dalam jumlah kecil adalah siderit (FeCO3 ) ankerit (Ca,Mg, Fe(CO3)4) dan magnesit (MgCO3). Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena kesamaan sifat fisika dan kimianya. Walau demikian untuk batuan yang relatif monomineralic dan kompak; berat jenis, warna, bentuk kristal dan sifat fisika lainnya dapat digunakan untuk identifikasi batuan tersebut. 
Tingkat solubilitas dari mineral yang berbeda dalam asam encer (dilute hydroulic acid) dapat dipakai sebagai petunjuk dalam penelitian. Tingkat solubilitas dapat diurutkan sebagai berikut, aragonit, kalsit, dan dolomit. Teknik ini sangat berguna dalam laboratorium, tetapi di lapangan aplikasinya sangat terbatas.

2.3 Potensi dan Cadangan
Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap Propinsi.
Tabel 2. Cadangan Batu Gamping Indoneisa menurut Propinsi
Propinsi
Jumlah
Keterangan
1. D.I Aceh 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Barat 9. Jawa Tengah & DIY  10. Jawa Timur 11. Kalimantan Selatan  12. Kalimantan Tengah  13. Nusa Tenggara Barat  14. Nusa Tenggara Timur  15. Sulawesi Utara 16. Sulawesi Selatan 17. Irian Jaya
100,857  5,709  23.273,300  6,875  48,631  2,730  2,961  672,820  125,000  416,400  1.006,800  543,000  1.917,386  229,784  66,300  19,946  240,000
Seluruh cadangan batu kapur ini terklasifikasi sebagai cadangan tereka (termasuk hipotesis dan spekulatif), kecuali cadangan di Nusa TenggaraTimur, sejumlah 61,376 juta ton sebagai cadangan (probable) terunjuk.
Total
28.678,500
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997

Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 % dari cadangan seluruhnya.

Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]:
CaO              :   40  - 55 %;
SiO               :  0,23 - 18,12%;
Al2O3                     :  0,20 -   4,33%;
Fe2O3            :  0,10 -   1,36%;
MgO             :  0,05 -   4.26%;
CO2              :  35,74-42.78%;
H20               :  0,10 -   0,85%;
P2O5             :  0,072 -0.109%;
K2                : 0,18
L.O.I            : 40,06%.

3.    PERTAMBANGAN
3.1 Eksplorasi
Eksplorasi batu gamping dilakukan bertahap. Kegiatan ini dilkerjakan dengan meggunakan cara pemboran dan geolistrik. Besar cadangan dihitung berdasarkan korelasi data pengeboran dengan data geolistrik dan geologi singkapan.
3.2 Penambangan
Secara umum, penambangan batu gamping Indonesia dilakukan dengan cara tambang terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan peledakan sampai di dapat ukuran bongkah yang sesuai. Untuk bongkah yang terlalu besar perlu di bor dan diledak-ulang (secondary blasting). 
Pengambilan bongkah batu gamping biasanya dilakukan dengan wheel loader, lalu dimuat ke alat transportasi (dump truck, belt conveyor, lori dan lain-lain).
3.3 Pengolahan
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2
Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :
·         Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan CO2;
·         CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki;
·         kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2).
Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui reaksi
CaCO3    CaO + CO2
Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1 gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal. Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti reaksi berikut :
MgCO3       MgO + CO2;
MgO disebut juga magnesit kostik.
Pembakaran batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3  yang terurai, tetapi CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik yang aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi adalah CaCO3, dan CO3 terurai menjadi CaO dan MgO.
Pembakaran batu gamping yang mengandung MgCO3 penurunan daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO dan CO2 dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang berukuran besar, agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat dihilangkan dengan alat pembuat gas atau secara alami (Gambar 2).
4.   PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASI
Batu gamping dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, yaitu :
a)   Batu Bangunan
Batu bangunan di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi rumah, jalan, jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak memiliki sumber batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau sebagai batu hias. Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur pejal atau keras serta berhablur dengan daya tekan 800 - 2500 kg/m3
b)   Bahan Bangunan
Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan `+bangunan ini, adalah :
·         (CaO + MgO) min. 5%;
·         (SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;
·         CO2 maks 3%;
·         70% lolos ayakan 0,85 mm
Capuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :
·                                                 Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O à CaO,  SiO2 nH2O (semen)
·                                                 Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O  à CaO, Al2O3 6H2O (semen)
c)   Bahan Penstabil Jalan
Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan campuran kapur padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat. Batu gamping yang dipakai diharapkan berkadar belerang rendah.
d)   Pertanian (Pengapuran)
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk kacang-kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat keasaman antara 6 - 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.
Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran butir <  dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.
Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal memungkinkan nutrient lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran bahan organik (penggemburan tanah).
Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu dapat rnembantu pertumbuhan akar dan mem-beri kontribusi kalsium terhadap tanaman tingkat bermagnesium rendah/ hilang akibat panenan atau erosi.
Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun, sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.
e)   Bahan Keramik
Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.
Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor penentu sebagai bahan baku keramik.
Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun hanya sebagian kecil.
f)    Industri Kaca
Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan dengan kadar sebagai berikut :
·         (SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);
·         (MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);
·         (SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan (CaO;31,8%).
Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.
g)   Industri Bata Silika
Untuk pembuatan bata silika, batu gamping yang diperlukan adalah dengan kadar :
·         CaO minimum 90%;
·         MgO maksimum 4,5%;
·         Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;
·         CO2 maksimum 5%.
h)   Industri Semen
Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai bahan baku utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton batugamping. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :
·         kadar CaO : 50 - 55%;
·         MgO maksimum 2%;
·         kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);
·         kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.
Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam, yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai dengan suhu + 1100 oC.
i)     Pembuatan Karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit, dan petroleumcoke (carbon black).  Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan kalsium karbid mem-punyai spesifikasi :
·         total CaO minimum 92%;
·         MgO maksimum 1,75%;
·         SiO2 maksimum 2%;
·         Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;
·         S maksimum 0,2%;
·         P maksimum 0,02;
·         hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.
j)    Peleburan dan Pemurnian Baja
Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/ dolomit berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan; dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO dalam batu gamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SO2 dan H2S.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, antara lain :
Untuk batu gamping
·         CaO minimum 52%;
·         SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);
·         Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;
·         MgO maksimum 3,5%;
·         Fe2O3 maksimum 0,65%;
·         P maksimum 0,1%.

k)   Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp dan Karet
Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang lunak, berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari kapur (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat dari dolomit.
Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%, kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis (coating) dan pengkilap.
l)    Pembuatan Soda Abu
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
- CaCO3                    : 90 - 99%;
- MgCO3                    : 0,6%
- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.
m) Penjernih  Air
Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu dalam proses kapur soda. Kapur

Tabel 3. Persyaratan batu gamping dan dolomit untuk peleburan dan pemurnian baja.

batugamping
Dolomit
- CaO minimum 52%; - SiO maksimum 4% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 3,5%; - Fe2O3 maksimum 0,65%; - P maksimum 0,1%.
- SiO maksimum 6% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 17 - 19%;



berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi penyebab kekerasan sementara pada air.  Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung CO2 dinetralkan.

Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air ke konsumen.
n)    Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous
Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak sebagai settling agent, dan pengontrol pH.
Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah antara 75 - 80 kg.

1)   Industri Gula
Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar 150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah sebagai berikut :
- H2O            : 0,2%
- HCL            : 0,2%
- SiO2            : 0,1%
- AL2O3                   : 0,1%
- CaO            : 55,0%
- MgO           : 0,4%
- CO2            : 43,6%
- SO4            : tidak nyata
- Na2O K2O    : 0,3%.

5.  PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
5.1 Perkembangan Pemasokan dan Permintaan
Perkembangan produksi dan konsumsi batu gamping Indonesia dalam kurun 1991-1999 naik dengan laju pertum-buhan tahunan  sebesar 18,56 %  dan 14,25 %. Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton tahun 1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991) menjadi 78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar batu gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Industri lainnya adalah industri bahan galian non-logam dan industri kapur (Tabel 4 dan 5).
Dari pengamatan, data ekspor masih nihil berarti Indonesia belum pernah ekspor batu gamping, walaupun usaha ke arah itu ada. Sementara bahan baku yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu flux dan kapur tohor (quicklime).
Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu gamping juga merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah konsumsi batu gamping Indonesia per tahun.
Data yang disajikan di sini merupakan hasil pengolahan kembali data dari Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara volume impor dan harga satuan. Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun yang bersesuaian (Tabel 4).
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping dalam kurun 1991-1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan yang secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton.
Beberapa kemungkinan sehubungan dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam 10 tahun terakhir, meskipun situasi ekonomi belum pulih. Pasokan yang berasal dari perusahaan tanpa izin (non-formal) perlu diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/ satu jenis galian.
Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir (1998-1999) menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif sangat besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan sebenarnya mengingat data yang dikumpulkan belum mencakup data pemakaian di bidang pertanian, konstruksi, dan perumahan.

5.2      Prospek Batu Gamping
Prospek pemasaran di dalam negeri
Perluasan areal pertanian melalui program transmigrasi, terutama di  daerah dengan tingkat keasaman tanah tinggi, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dapat memberi pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian batu gamping di Indonesia.
Di sektor konstruksi/jalan untuk beberapa tahun ke depan selama situasi ekonomi belum pulih peningkatan prospek pemakaian batu gamping relatif stabil. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dengan pembuatan jalan bebas hambatan yang melalui rawa dapat meningkatkan pabrik semen dan tentu saja bertambahnya pemakaian batu gamping untuk semen
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan kebutuhan batu gamping di luar sektor industri akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang besar dan tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor industri pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru dalam usaha pertambangan batu gamping.
Orientasi Ekspor
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping di negara kawasan ASEAN memberikan petunjuk tentang adanya peluang ekspor batugamping Indonesia ke kawasan ini. Malaysia dan Filipina misalnya, perkembangan produksi di kedua negara lebih sedikit dengan konsumsinya.
Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam, Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22-23 juta ton, tidak termasuk kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap tahun [12].
Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen di Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu pada prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan baku mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk menembus pasar ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis mineral dapat diketemukan di Indonesia.

6. PENUTUP
Pertumbuhan suatu negara dapat dilihat dari besarnya pemakaian batu gamping. Hampir semua jenis industri memakai bahan galian ini, baik sebagai bahan utama atau sebagai tambahan.
Pertumbuhan sektor konstruksi merupakan salah satu tolok ukur maju mundurnya pembangunan suatu kota. Dalam hal ini industri semen memegang peranan penting. Dan ini terlihat bahwa pemakai terbesar batu gamping adalah industri semen ini, yang mencapai hampir 87 % dari total konsumsi. Ini menunjukkan bahwa konsumsi batu gamping merupakan salah satu mineral yang tidak terganggu oleh keadaan ekonomi sekarang ini.
Industri lain yang tidak dapat dipisahkan dan kemungkinan akan mengkonsumsi cukup besar adalah industri pertanian. Sektor ini dipastikan membutuhkan bahan baku yang berasal dari batu gamping, baik untuk pemupukan atau dalam rangka penurunan tingkat keasaman tanah pertanian akibat masa tanam yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga memerlukan memerlukan biaya tambahan yang cukup tinggi, sebab kalu tidak, masa produksi akan terus berkurang. 
Selain dua jenis industri di atas, prediksi pemanfaatan di industri kimia mempunyai peluang yang cukup meyakinkan. Saat ini, industri kimia eruakan primdona karena hampir semua jenis bahan galian dipakai di industri ini, baik yang dimiliki ataupun harus diimpor.

DAFTAR PUSTAKA
1.     Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Industri 1988 - 2000., Jakarta 1988 - 2000.
2.     Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Perdagangan Luar Negeri 1988 - 2000., Ekspor dan Impor, Jakarta 1988 - 2000.
3.     Carr D.D and Rooney L.F.F., “Limestone and Dolomit”, Industrial Minerals, March 1990.
4.     Dhadar J.R., “Bahan Galian Indonesia”, Direktorat Jenderal Sumberdaya Mineral.
5.     Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Mineral Aditive Bagi Industri”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta 2000.
6.   Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Perkembangan Kapasitas Nasional Sektor Industri 1996/2000”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Edisi, 2001.
7.     Fowler, W.L., et.Al., ” Industrial Chenmical, 3rd Edition, Mc Graw Hill International Book Company, Newyork, Edition, 1994.
8.     Madiadipoera T. dkk., “Bahan Galian Industri di Indonesia”,. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung 1999.
9.     Pressher J.W. and Pilham L., “Lime Calcium Coumpound”, Mineral Fact and Problem, 1985.
10.   Petti John., “ Lime ind Industrial, 1990.
11.   Suyartono., “Peranan Kapur Untuk Pertanian”, Puslitbang Teknologi Mineral, Bandung 1986.
12.   Teoh L.H., “Industrial Minerals Potensial In Malaysia”, Status Report, 1990.
13.   Wolfe., J.A., “ Mineral Recources A World Review”,. A. Dowden and Culver Book, Chapman and Hall, Nwyork 1994.
14.   Wu John C., “The Mineral Industri”., Mineral Yearbook, Edition 1999.
15. http://kampungminers.blogspot.com/2012/09/batu-gamping.html


-->

Genesa Timah
Secara umum endapan timah di pulau Bangka berdasarkan genesanya terdiri dari endapan timah primer dan endapan timah sekunder. Genesa endapan timah primer terbentuk akibat dari intrusi batuan  granit biotite , dan  pada daerah kontak batuan endapan malihan  biasanya berasosiasi dengan tourmaline dan urat kuarsa timah pada zaman Triasic atas. Proses terbentuknya bermula dari adanya tekanan panas dari dalam bumi (Pneumatik hydrothermal) yang menyebabkan cairan magma yang bersifat asam mengandung gas SnF4  menerobos dan mengisi celah-celah rekahan, kemudian kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau, ataupun schist dan membeku secara perlahan-lahan  maka terjadilah reaksi kimia dasar  yang membentuk endapan timah primer.
SnF4    +    2H2O        →           SnO2    +     4HF
SnCl4   +    2H2O        →           SnO2     +     4Cl
SnO2 yang dikenal dengan kasiterite, merupakan senyawa Sn yang utama. Seiring proses pembekuan mulailah terbentuk mineral-mineral ikutan, seperti : monazite (CeLaYTh), ilmenite (FeTiO3), xenotime (YPO4), zircon (ZrSiO4), tourmaline (HgAl3(BOH)), dan sebagainya. Dalam proses kelanjutan  dialam tropis yang panas dan lembab akan terjadi proses pelapukan, baik secara mekanik ataupun kimiawi yang kemudian berlanjut dengan proses erosi. Hasil pelapukan tersebut diangkut oleh air hujan lewat sungai-sungai dan terendapakan sepanjang aliran sungai dan lembah. Kasiterite sebagai mineral berat akan terendapkan lebih dulu, sedangkan kwarsa, zircon, monazite, ilmenite, dan xenotime sebagai mineral yang lebih ringan akan mengendap kemudian.
            Proses pengendapan yang menghasilkan timah sekunder dapat dibagi tiga tahapan, yaitu :
Tahapan Pendahuluan ( Early Stage )
Terbentuk karena proses pelapukan kimiawi yang dilanjutkan dengan proses pengendapan. Pada tahap ini terbentuk Primitive Placer Deposit yang pada  umumnya diketemukan pada kedalaman 0 – 10 meter dari permukaan tanah. Primitive Placer Deposit terdiri dari:
a.            Residual Deposit, adalah endapan yang terjadi akibat pelapukan batu induk  dan tidak mengalami pengangkutan.
b.            Elluvial Depositadalah endapan hasil pelapukan yang dilakukan oleh air hujan tetapi belum diangkut  oleh air hujan.
c.            Colluvial Depositadalah endapan hasil pelapukan yang terjadi akibat peluncuran tanah, tetapi pada suatu tempat yang agak rata terhenti, lalu diikuti oleh proses pengayaan
d.            Kaksa, adalah endapan biji timah yang langsung berada diatas batuan dasar.
 Tahapan Pertengahan ( Middle Stage )
Pada tahap ini mineral yang telah lapuk diangkut dan diendapkan sehigga membentuk endapan alluvial yang biasa diketemukan pada kedalaman kurang dari 30 m. Endapan alluvial tersebut meliputi:
a.            Mincan, adalah endapan timah yang berada diantara dua over burden dan membuat seolah-olah orebody ini melayang.
b.            Kaksa, adalah endapan bijih timah yang langsung berada diatas batuan dasar ( granit).
Tahapan Lanjut ( Advanced stage )
Pada tahap ini material yang diangkut dan diendapkan mengalami proses pengendapan kembali akibat perubahan muka air laut selama masa Pleistosen, sehingga membenuk  Modern Placer Deposite   yang meliputi antara lain :
a.            Alluvial Deposite, adalah endapan yang telah mengalami transportasi yang relatif jauh, baik yang disebabkan oleh air hujan maupun oleh aliran sungai yang kemudian diendapkan didaerah lembah sungai. Ciri dari bentuknya ,mempunyai butiran yang halus dan membulat.
b.            Beach Deposite, adalah endapan  hasil pelapukan yang diangkut oleh air hujan dan aliran air sungai, lalu diendapkan dipantai dengan bantuan ombak laut.
            Lapisan endapan kaksa ini biasanya terdapat pada lembah - lembah sungai purba, dimana merupakan hasil erosi pada granit. Tipe-tipe endapan timah kaksa antara lain:
a.             Endapan Kaksa Dangkal, yaitu dengan kedalaman maksimal 5 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 3 meter dan ketebalan lapisan timah 2 meter.
b.             Endapan Kaksa Agak Dalam, yaitu dengan kedalaman 3 – 13 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 10 meter dan ketebalan lapisan timah 3 meter.
c.             Endapan Kaksa Dalam, yaitu dengan ketebalan 10 – 20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 15 meter dan ketebalan lapisan timah 5 meter,.
d.             Endapan Kaksa Sangat Dalam, yaitu dengan ketebalan < 20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 30 meter dan ketebalan lapisan timah 10 meter.
Endapan alluvium muda yang mengandung lapisan timah mincan juga dijumpai di daerah Bemban dengan penyebarannya sesuai dengan arah lembah. Endapan ini sering terdapat pada atas endapan alluvium tua. Ciri khas endapan ini adalah kandungan bahan organik yang berwarna hitam dan bersifat humus, terdapat pada jenis tanah lempungan atau pasir lepas. Pasir ini berbutir kasar tetapi jarang dijumpai fragmen-fragmen yang berukuran gravel,
 
 Mineral Utama dan Mineral Asosiasinya
Di Pulau Bangka mineralisasi berlangsung disekitar badan granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan batuan sedimen (disebut intrusi granit) sehingga deposit ditemukan di daerah kontak (Contact Zone). Dalam proses kelanjutannya terjadi proses pelapukan baik kimiawi maupun mekanis, yang kemudian berlanjut dengan proses erosi, dan tertransportasi lewat sungai. Bijih timah terdiri dari mineral Cassiterite (SnO2) sebagai mineral utama dan selalu diikuti pula oleh beberapa mineral assosiasi serta sekelompok gangue mineral.
a.            Mineral utama
Mineral utama bijih timah adalah Cassiterite (SnO2). Mineral ini secara alami terbentuk dari proses hydrothermal magmatik. Timah di Indonesia (Bangka, Belitung, Singkep, dan sekitarnya) pada umumnya merupakan timah sekunder, walaupun dibeberapa tempat ditemukan timah primer. Bentuk dan system kristal Cassiterite tetragonal system. Warna mineral ini coklat atau hitam, dengan ukuran butiran yang umum terdapat +200 mesh.
b.            Mineral assosiasi
Mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih timah pada umumnya juga merupakan mineral sekunder, dengan proses pengkayaan atau terendapnya mineral tersebut bersamaan dengan pengendapan timah. Mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih timah berdasarkan sifat fisik mineral dan karakteristiknya dapat ditunjukkan pada tabel
Sifat Fisik Mineral Ikutan dan Karakteristik
No
Mineral
Rumus Kimia
Berat Jenis
Warna
Kekerasan
Kelistrikan
Kemagnetan
1.
Cassiterite
SnO2
6,8 – 7,1
Kuning, Coklat, Kuning kemerahan, Coklat kehitaman, Coklat tua
6 – 7
Conduktor
Non magnetic
2.
Ilmenite
FeTiO3
4,5 – 5
Hitam besi, Hitam keabuan
5 – 6
Conduktor
Magnetic
3.
Monazite
(CeLaYTh) PO4
4,6 – 5,3
Kuning, Jaring-jaring hijau
5 – 5,5
Non Conduktor
Magnetic
4.
Xenotime
YPO4
4,4 – 5,3
Kuning keabu-abuan
4 – 5
Non Conduktor
Magnetic
5.
Z
ZrSiO4
4,2 – 4,7
Putih bening hingga kuning, kehijauan
7,5
Non Conduktor
Non Magnetic
6.
Pyrite
FeS2
4,8 – 5
Kuning, Kuning tembaga muda
6 – 6,5
Conduktor
Non Magnetic
7.
Marcasite
FeS2
4,8 – 5
Kuning tembaga muda, kuning keabuan
6 – 6,5
Conduktor
Non Magnetic
8.
Hematite
Fe2O3
5 – 5,2
Hitam besi, abu-abu besi
5,5 – 6,5
Conduktor
Magnetic
9.
Topaz
Al2SiO4
(FOH)2
3,5 – 3,6
Tidak berwarna, Merah jambu, Ungu
8
Non Conduktor
Non Magnetic
10.
Limonite
2FeO33H2O
3,6 – 4
Coklat tua sampai Hitam
5 – 5,5
Conduktor
Magnetic
11.
Tourmaline
HgAl3(BOH)2S14O19
3 – 3,2
Hijau kehitaman, Hitam
7 – 7,5
Non Conduktor
Non Magnetic
12.
Quartz
SiO2
2,6 – 2,65
Tidak berwarna, Bening putih
7
Non Conduktor
Non Magnetic
13.
Anatase
TiO2
2,9
Kuning keputihan, Coklat, Coklat hitam
Conduktor
Non Magnetic
14.
Rutile
TiO2
4,2 – 4,3
Merah, Merah kehitaman, Kuning tua, Coklat
6 – 6,5
Conduktor
Magnetic
15.
Magnetite
FeOF2O3
4,9 – 5,2
Hitam bersih
5,5 – 6
Conduktor
Magnetic
16.
Siderite
FeCO3
3,8 – 4
Kuning kecoklatan
3,5 – 4
Non Conduktor
Magnetic
17.
Spinel
MgAl2O3
3,5 – 4,1
Biru violet, Hijau
8
Non Conduktor
Non Magnetic
18.
Galena
PbS
7,4 – 7,6
Biru kehitaman
3
Conduktor
Magnetic
19.
Wolframite
(Fe, Mn)WO4
7,1 – 7,5
Hitam, Coklat, kelabu gelap
5 – 5,5
Conduktor
Magnetic
20.
Colombite
(Fe, Mn)Nb2O6(Fe, Mn)Ta2O6
5,5  - 8,2
Hitam, Hitam kecoklatan
6
Conduktor
Magnetic
21.
Tantalite
(Fe, Mn)(Nb, Ta)2O6
7,1 – 7,5
Hitam
6
Conduktor
Magnetic
22.
Kaoline
Al2O3.2SiO2.2H2O
2 – 2,6
Putih
2 – 2,5
Non Conduktor
Non Magnetic

 Manfaat Timah
            Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
a.            Logam Timah dan Paduannya
Logam timah banyak manfaatnya baik digunakan secara tunggal maupun sebagai paduan logam (alloy) dengan logam yang lain terutama dengan logam tembaga. Logam timah juga sering dipakai sebagai container dalam berbagai macam industri. Contoh-contoh paduan antara tembaga dan timah adalah:
·                     Pewter, merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya tembaga, antimony, bismuth, dan timbale. Banyak dipakai untuk vas, peralatan ornament rumah, atau peralatan rumah tangga.
·                     Bronze adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12%.
b.            Plating
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti seng, timbale dan baja dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.
c.            Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor dari timah merupakan superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.
d.            Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam bentuk solder merupakan campuran antara 5-70% timah dengan timbale akan tetapi campuran 63% timah dan 37% timbale merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak digunakan untuk menyambung pipa atau alat elektronik
e.            Pembuatan Senyawa Organotin
Senyawa organoti merupakan senyawa kimia yang terdiri dari timah (Sn) dengan hidrokarbon membentuk ikatan C-Sn. Senyawa ini merupakan bagian dari golongan senyawa organometalik. Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis senyawa organic, sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas, dan lain sebagainya.
f.             Pembuatan Senyawaan Kimia Untuk Berbagai Keperluan
Logam timah juga dipakai untuk membuat berbagai maca senyawaan kimia. Salah satu senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2 merupakan aditif yang banyak ditambahkan pada pasta gigi. Senyaan timah, tembaga, barium, kalsium dipakai untuk pembuatan kapasitor. Dan tentu saja senyawaan kimia juga sering dipakai untuk pembuatan katalis. Senyawaan Timah yang penting adalah organotin, SnO2, Stanat, timah klorida, timah hidrida, dan timah sulfida.

-->