Senin, 09 Juni 2014


Garmin gps navigasi adalah salah satu receiver gps tipe navigasi,yang di lengkapi dengan kompas digital dan altimeter digital,alat ini punya kemampuan sebagai berikut :

  • Dapat menentukan posisi koordinat dalam format geografi ( lintang dan bujur ), koordinat pada proyeksi peta ( UTM )
  • Dapat menentukan ketinggian tempat dengan menggunakan altimeter
  • Dapat menentukan waktu,kecepatan, dan arah dengan bantuan kompas
  • Dapat menyimpan koordinat sebanyak 1000 titik ( waypoint )
  • Dapat menyimpan jalur track otomatis sebanyak 20 track

I.    Fungsi tombol GPS garmin :

1.    Tombol ON / OFF    : tombol ini berfungsi untuk mengaktifkan dan mematikan
receiver  atau bisa juga untuk mengatur terang gelapnya
layar.
2.    Tombol zoom IN / OUT    : tombol ini berfungsi pada tampilan halaman ( page ) peta (
map ) untuk memperbesar atau memperkecil tampilan
pada layar.
3.    Tombol FIND        : tombol ini berfungsi untuk memunculkan menu Find, yang
berguna untuk navigasi mencari suatu titik yang telah di
ketahui   koordinatnya.
4.    Tombol MARK        : berfungsi untuk menyimpan posisi saat pengukuran dalam 
waypoint
5.    Tombol QUIT        : tombol Quit berfungsi untuk keluar dari halaman atau
untuk kembali pada halaman sebelumnya.
6.    Tombol ROCKER    : tombol rocker berfungsi untuk memilih menu atau
menggerakkan kursor pada tampilan di layar.
7.    Tombol PAGE         : tombol ini berfungsi untuk pindah dari tampilan halaman
( page ) satu kehalaman berikutnya.
8.    Tombol MENU        : tombol menu berfungsi untuk menampilkan option
masing-masing tampilan halaman atau kalau ditekan 2X
akan menampilkan menu   utama.
9.    Tombol ENTER        : beberapa fungsi pada tombol ini adalah untuk memilih
MENU / SUB MENU dan juga untuk memasukkan data
misalnya data waypoint. Pada bagian belakang GPS garmin
tedapat :
           a.    Port untuk koneksi kabel ke antena luar
           b.    Port untuk konekasi kabel ke baterai luar
           c.    Port untuk koneksi kabel USB ke komputer
           d.    Kunci penutup baterai
           e.    Tempat baterai


II.    Tampilan informasi layar ( PAGE ) Receiver

Recaiver GPS garmin navigasi menampilkan informasi kepengguna dalam bentuk halaman per halaman (page) informasi di layar monitor. Pada umumnya ada 5 tampilan halaman informasi yang terdiri dari Satelit page,Trip Computer Page, Map Page, Compass Page, Main Menu Page. Untuk alat GPS yang dilengkapi dengan altimeter, terdapat 1 halaman muka lagi yaitu Altimeter Page. Untuk pindah dari tampilan halaman satu ke halaman lainnya dapat dengan menekan tombol PAGE atau QUIT.

1.    Satelit Page        : menampilkan jumlah satelit yang diterima dalam bentuk diagram batang dan sky plot, posisi atau koordinat geografi (lintang dan bujur) serta ketelitian koordinat. Pada halaman satelit ini punya beberapa pilihan option yang dapat di tampilkan dengan menekan tombol MENU.

2.    Trip Computer Page    : menampilkan informasi data untuk navigasi seperti kecepatan, arah jarak, waktu, posisi, ketinggian dan lain-lain. Informasi yang ditampilkan dapat dipilih sesuai kebutuhan pengguna dengan cara menekan tombol MENU dan memilih SUB MENU CHANGE data fields.

3.    Map Page        : menampilkan peta dan informasi navigasi sesuai
 kebutuhan pengguna. Pada tampilan halaman peta ini beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 
  • Zoom IN / OUT tampilan skala peta
  • Menampilkan titik waypoint
  • Menampilkan hasil pengukuran seperti track,pos dan lain-lain.
  • Mengukur jarak antara dua titik di peta.Pada halaman Map ini punya beberapa pilihan option yang dapat ditampilkan dengan menekan tombol MENU.

4.    Compass Page        : menampilkan informasi navigasi, pada dasarnya sama dengan Map Page : 
  • Speed (kecepatan)
  • Dist To Next (jarak ketitik yang dituju)
  • To Course (arah azimuth ketitik yang dituju)
  • Off Course, koreksi ke arah garis tujuan di lapangan (kiri/kanan)
  • Track (arah perjalanan / pergerakan recaiver)

5.    Main Menu        : main menu adalah menu untuk mengatur parameter receiver 9datum,format,koordinat),satuan panjang / sudut / waktu yang di inginkan, atau informasi mengenai GPS, tinggi muka laut, waypoint, beberapa program bantu seperti kalkulator, kalender, stopwatch, games dan lain-lain

III.    Penggunaan recaiver GPS garmin.

Penggunaan recaiver GPS garmin navigasi dilapangan terkait dengan beberapa langkah mulai dari menghidupkan alat, pengaturan alat, kalibrasi ketinggian, penggunaan alat untuk menentukan posisi.
  1. Menghidupkan Receiver GPS navigasi.
Untuk menghidupkan receiver dapat dilakukan dengan cara menekan tombol ON / OFF, setelah di hidupkan receiver akan inisialisasi (acquiring satelite atau mencari sinyal satelit), setelah menerima 4 satelit akan muncul tampilan halaman informasi satelit beserta koordinat. Informasi kanan atas menunjukan koordinat geografis posisi alat saat ini, bagian kiri atas menunjukan ketelitian koordinat tersebut (makin kecil nilainya makin baik), bagian diagram batang menunjukan informasi jumlah satelit dan kuatnya sinyal yang diterima.

Catatan : apabila receiver tidak digunakan dalam waktu 3 bulan dengan keadaan baterai dilepas, lakukan inisialisasi sebagai berikut :
         A.  Hidupkan receiver dengan menekan tombol ON / OFF
     B. Setelah muncul halaman Satellites, tekan tombol MENU 1 kali, akan muncul satellite Option,lalu dengan menggunakan tombol ROCKER pilih New Location,kemudian tekan ENTER, setelah itu pilih Automatic dan tekan ENTER. Untuk kondisi seperti ini perlu waktu inisialisasi sekitar 15 menit.

     2. Pengaturan receiver GPS navigasi.

Sebelum receiver digunakan perlu di lakukan receiver  (setting) agar sesuai dengan kebutuhan pengguna,beberapa hal yang perlu diatur adalah sebagai berikut :
  • Unit (terkait dengan pengaturan sistem koordinat, datum koordinat, dan bentuk/format tampilan koordinat (UTM / geografi), satuan panjang, satuan tinggi, satuan kedalaman, dll)
  • Tampilan waktu (lokal atau UTC)
  •  Interface (komunikasi receiver dengan komputer)
Pengaturan (setting) alat ini cukup 1 kali dilakukan kecuali kalau perlu perubahan dan sebaiknya dilakukan dikantor sebelum berangkat kelapangan.

      3. Pengaturan Unit

Pengaturan Unit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Hidupkan alat
  • Pilih Main MENU (tekan tombol menu 2 kali)
  • Dengan tombol ROCKER, pilih SETTING dilanjutkan dengan menekan tombol ENTER
  • Selanjutnya dengan tombol ROCKER pilih Item Menu Units dilanjutkan dengan menekan tombol ENTER.
  • Menggunakan tombol ROCKER, pindahkan kursor ke Position Format, tekan ENTER selanjutnya pilih sebagai berikut :
              a.    Pilih format (hdddo mm’ ss.ss”)kemudian tekan ENTER untuk koordinat geografi.
              b.    Pilih UTM / UPS kemudian tekan ENTER untuk koordinat UTM.
              c.    Pindahkan kursor ke Map Datum, dan pilih WGS 84.
              d.    Selanjutnya pindahkan kursor ke Distance/Speed, tekan ENTER kemudian pilih
                     Metric di ikuti dengan menekan tombol ENTER.
              e.    Pindahkan kursor ke Elevation (Vert Speed), tekan ENTER kemudian pilih Meters   
                     (m/sec) lalu ENTER.
              f.    Pindahkan kursor ke Depth, tekan ENTER kemudian pilih Meters lalu ENTER
              g.   Pindahkan kursor ke Temperature, tekan ENTER,
                    kemudian pilih Celcius lalu ENTER. Setelah selesai tekan tombol QUIT

      4. Pengaturan Waktu

Secara umum pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Hidupkan alat
  • Pilih Main MENU lalu tekan 2 kali
  • Dengan tombol ROCKER, pilih SETTING lalu ENTER
  • Selanjutnya dengan tombol ROCKER pilih item menu Time lalu ENTER
  • Menggunakan tombol ROCKER pindahkan kursor ke Time Format, tekan ENTER selanjutnya pilih 12 hour atau 24 hour, lalu tekan ENTER
  • Pindahkan kursor ke Time Zone tekan ENTER kemudian pilih Other lalu tekan ENTE
  • Pindahkan kursor ke UTC Offset,tekan ENTER, kemudian isikan (+09.00 untuk WIT,+08.00 Untuk WITA, dan +07.00 untuk WIB) dilanjutkan dengan ENTER,lalu tekan tombol QUIT.
      5. Pengaturan Interface

Pengaturan Interface perlu dilakukan agar receiver dapat berkomunikasi dengan komputer, hal ini diperlukan untuk memindahkan data dari hasil pengukuran ke komputer. Pengaturan interface dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Hidupkan alat
  • Pilih Main MENU tekan tombol MENU 2 kali
  • Dengan tombol ROCKER pilih SETTING lalu ENTER
  • Lalu pilih item Menu Interface lalu ENTER
  • Pindahkan kursor ke Serial Data Format, tekan ENTER lalu pilih GARMIN dan ENTER, kemudian tekan tombol QUIT
     6.  Pengaturan tampilan informasi pada halaman (page) Trip Komputer

Pengaturan tampilan informasi ini agar informasi yang muncul dilayar trip komputer sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Hidupkan alat
  • Pilih Trip Komputer Page dengan cara tekan tombol Page beberapa kali sampai muncul halaman trip komputer.
  • Selanjutnya tekan tombol menu 1 kali
  • Dengan tombol ROCKER pilih Change Data Field lalu ENTER
  • Dengan tombol ROCKER lalu pilih item Menu Data Field yang akan dirubah tampilan informasinya (misal Field Odometer mau diganti dengan informasi posisi koordinat) lalu ENTER
  • Menggunakan tombol ROCKER pilih Location (selected), lalu ENTER
  • Sekarang informasi Odometer telah berubah menjadi Informasi koordinat,setelah selesai lalu tekan QUIT.
     7. Pengukuran posisi / koordinat Objek titik di lapangan

Pengertian objek titik di lapangan sangat relative tergantung dari skala peta yang di inginkan ( contohnya suatu desa dapat berupa titik pada peta skala 1 : 1.000.000, suatu rumah atau bangunan dapat berupa titik pada peta skala 1 : 25.000, suatu tiang listrik dapat berupa titik pada peta skala 1 : 500) pengukuran penentuan posisi titik di lapangan seperti tiang, bangunan, jembatan, menggunakan GPS navigasi dapat dilakukan dengan cara :
  1. Siapkan peralatan
  • Receiver GPS navigasi
  • Formulir ukuran
     2. Pengukuran dilapangan 
  • Datangi lokasi yang akan di ukur  (kondisi terbuka)
  • Hidupkan alat
  • Tunggu beberapa saat sampai mendapat 4 satelite sampai muncul informasi koordinat
  • Catat atau simpan ke memory waypoint dengan cara tekan tombol MARK.
  • Menggunakan tombol ROCKER pilih Avg / rata-rata, dilanjutkan dengan menekan tombol ENTER, setelah Estimated Accurasy terpenuhi misalnya 2 meter, tekan tombol ENTER, kalau perlu beri nama titik pada baris paling atas. Pindahkan kursor ke OK lalu tekan ENTER.
  • Sebaiknya catat no urut waypoint dan nilai koordinat di formulir survey dan lengkapi juga dengan keterangan objek yang diperlukan.
  • Lakukan hal yang sama untuk titik yang lainnya
   8. Pengukuran posisi / koordinat objek berbentuk garis dilapangan

Pengertian objek garis dilapangan dapat berupa jalan, garis keliling kebun, sungai saluran irigasi dan lain-lain. Caranya dapat dilakukan dengan cara berikut :

A.    Persiapan dilapangan
  • GPS GARMIN
  • Formulir pengukuran
B.    Pengukuran koordinat dilapangan
  • Datangi lokasi yang akan di ukur
  • Hidupkan alat
  • Tunggu beberapa saat sampai mendapat 4 satelite dan sampai informasi koordinat muncul
  • Tekan tombol PAGE beberapa kali sampai muncul halaman Main MENU
  • Menggunakan tombol ROCKER pindahkan kursor ke Tracks, lalu ENTER 
  • Pilih SETTING lalu isikan :
    • Wrap When Full
    • Record Methode : Distance, Time atau Automatic
    • Interval : 0.01 km untuk Distance, 10 Second untuk Time, setelah selesai mengisi parameter tekan ENTER
    • Catat data atribut / keterangan seperti nama saluran irigasi, jlan, kelas jalan dll.
    • Lakukan langkah tersebut untuk segmen berikutnya
Perhatikan % memory alat kalau sudah 95% disimpan dengan cara:
  • Pindahkan kursor ke SAVE lalu ENTER
  • Pilih YES bila muncul pertanyaan Do You Want to Save the Entire track ?
  • Isikan nama file atau menggunakan nama file otomatis berdasarkan tanggal-bulan-tahun dan sesi pengukuran
  • Alat receiver ini sebelum ditambahkan memory internal maksimal hanya bisa menyimpan sampai 20 file track.

Jika kita berfikir kata-kata survival itu identik dengan dunia kepencinta alaman itu memang benar, materi ini adalah materi wajib yang harus di dikuasai oleh semua anggota mapala di indonesia. Sebenarnya survival itu penting untuk orang-orang yang gemar berpetualang di alam bebas, apalagi untuk kita yang mengambil jurusan teknik pertambangan ATPN Banjarbaru, bukan tidak mungkin ketika kita kerja kita di haruskan survei  kedalam hutan yang penuh dengan misteri,  apa yang akan terjadi di dalam hutan kita tidak akan pernah tahu. Untuk itu tidak ada salahnya juga bila kita membekali diri dengan materi survival, kalau pun tidak ahli minimal kita ngerti tentang dasar-dasarnya survival di alam bebas.

Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.

Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup.

Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.

Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya :
Stop & seating / berhenti dan duduklah
Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.

Yang sering terjadi ketika seseorang sadar bahwa mereka tersesat di dalam hutan mereka terlalu cepat panik, dan bingung mau melakukan apa, dalam keadaan seperti ini biasanya otak kita tidak akan berfikir dengan benar. Dalam situasi ketika kita tersesat di dalam hutan janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.

Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.

Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.

Yang paling penting ketika kita dalam survival :
1.Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2.Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3.Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
4.Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
5.Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.
Sikap dalam Survival
Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.

Apa saja yang berguna dalam menghadapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan:
1.Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2.Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.

Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
1.Mengkoordinasi anggota
2.Melakukan pertolongan pertama
3.Melihat kemampuan anggota
4.Mengadakan orientasi medan
5.Mengadakan penjatahan makanan
6.Membuat rencana dan pembagian tugas
7.Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8.Membuat jejak dan perhatian
9.Mendapatkan pertolongan.

Sebenarnya masih banyak sekali materi-materi survival lainnya, seperti cara mengenali tumbuhan yang beracun dan yang tidak, pembuatan bivouck atau tenda darurat, dll. Tapi itu akan kita bahas di lain postingan saja ya,Agar kita lebih mudah memahaminya dari sedikit demi sedikit. Tentu semua orang tidak ada yang menginginkan berada dalam keadaan seperti di atas, tapi menyiapkan diri untuk menghadapi segala sesuatu yang tidak terduga juga perlu. Semoga bermanfaat ya

Kamis, 29 Mei 2014

Bijih besi merupakan bahan baku utama industri baja. Bijih besi adalah bahan galian yang mengandung unsur besi (Fe) yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis pada tempat dan waktu tertentu, pada kondisi biaya dan harga pasar saat itu. [Wahyudi Utomo, 2005] Bijih besi adalah campuran mineral berharga yang mengandung besi dengan mineral-mineral lainnya yang kurang berharga yang disebur gangue. Meskipun dapat digunakan langsung untuk bahan baku pembuatan besi, bijih besi tersebut biasanya diolah terlebih dahulu untuk memperbaiki karakteristik kimia dan fisikanya. Semua cara digunakan untuk mengolah dan memperbaiki karakteristik kimia dan fisika yang disebut proses benefisiasi bijih (ore beneficiation). Mineral yang mengandung besi dapat dikelompokkan menurut komposisi kimianya sebagai oksida, karbonat, sulfida, dan silikat. . [Wahyudi Utomo, 2005]

1. Magnetite Rumus kimia Fe3O4 (72,36% Fe, 27,64 % O). Warna abu-abu tua sampai hitam. Bersifat magnetik kuat. Kadang-kadang magnetite mengandung Titanium dalam bentuk inklusi Ilmenite. Jika kandungan Ti mencapai 2-15%, magnetite disebut Titaniferous magnetite.

2. Hematite Komposisi kimia Fe2O3 (69,94% Fe, 30,06% O). warna abu-abu sampai merah, bersifat magnet dan merupakan jenis bijih besi yang paling penting dalam industri baja.

3. Limonite Merupakan hydrous oxide (oksida besi yang mengandung air) yang secara mineralogis terdiri dari beberapa macam campuran mineral goethite. Goethite adalah mineral yang mempunyai komposisi kimia HFeO2 (62,85% Fe, 27,01% O, dan 10,14% air), berwarna kuning atau coklat mendekati hitam.

4. Ilmenite Ilmenite mempunyai komposisi kimia FeTiO3 (36,80% Fe, 31,57% Ti, dan 31,63% O). Ilmenite sering dapat bersama-sama dengan magnetite, ilmenite juga dikenal sebagai besi titanat. Umumnya, ilmenite ditambang untuk mendapatkan unsur titaniumnya, sedangkan Fe hanya sebagai produk samping.

5. Siderite Merupakan mineral besi karbonat. Komposisi kimia FeCO3 (48,20% Fe, 37,99% CO2, dan 13,81% O). berwarna putih sampai abu-abu kehijauan dan coklat. Umumnya mengandung sejumlah kalsium, magnesium, dan mangan. Bijih besi karbonat biasanya di kalsinasi terlebih dahulu sebelumnya dimasukkan kedalam tanur tinggi (blast furnace). Karena mengandung Ca dan Mg dalam jumlah yang cukup, unsur-unsur tersebut bertindak sebagai flux yang berasal dari bijih sendiri

genesa bijih Besi

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap Formasi Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
Proses terjadinya cebakan bijih besi didaerah penelitian berkaitan dengan proses-proses tersebut diatas, dalam hal ini peristiwa tektonik, metamorfosa dan metasomatisme kontak berperan untuk terjadinya cebakan bijih besi di daerah penelitian. Bila dikaitkan dengan batuan yang tersingkap didaerah penelitian yaitu batuan metamorfosa seperti marmer yang dulunya merupakan batugamping, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya bijih karena terjadinya proses metamorfosa pada batugamping. Kemudian akibat proses magmatisme pada batugamping terjadi proses penggantian (replacement) sehingga larutan yang mengandung mineral bijih terendapkan bersamaan dengan terbentuknya batuan metamorfosa (marmer).
Setelah proses mineralisasi (pasca-mineralisasi), terjadi kembali peristiwa tektonik setempat yang membentuk sesar mendatar dan sesar normal, struktur tersebut akan membentuk kembali geometri dari cebakan mineral atau akan terjadi dislokasi.

1.  PENDAHULUAN
Secara prosentase, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk Domestik Bruto termasuk relatif kecil daripada dengan sektor lain, yaitu (0,36 % per tahun), tetapi secara angka ternyata cukup mengejutkan (427 milyar rupiah dalam kurun 1996-1999).
Namun demikian, khusus konsumsi bahan galian batu gamping ternyata relatif stabil, tidak terganggu oleh tingkat ekonomi yang semakin terpuruk. Hal ini ditunjukkan oleh kebutuhan batu gamping untuk bahan baku semen masih tetap menjanjikan. Jumlah penduduk yang semakin dewasa dan bertambah setiap tahun (2%) merupakan alasan bahwa kebutuhan rumah sebagai sarana tempat tinggal masih tetap pilihan nomor satu. Industri lain pemakai batu gamping memegang peran yang tidak dapat dipisahkan karena konstribusi terhadap total konsumsi cukup nyata, seperti industri pertanian, kertas dan banyak lagi yang lain. Kondisi iitu, secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi pengusahaan pertambangan batu gamping. 
2. GEOLOGI DAN  PENAMBANGAN
2.1  Mula Jadi
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau kimia.
Di alam, sebagian besar batu gamping terjadi secara organik dan umumnya mempunyai nilai ekonomis. Jenis ini berasal dari pengendapan rumah kerang dan siput, foraminifera (ganggang), atau  kerangka binatang koral/kerang.
Mula jadi batu gamping secara mekanik bahannya hampir sama dengan secara organik. Yang membedakan adalah terjadi perombakan terhadap bahan gamping kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sementara secara kimia batu gamping terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar.  
Endapan batu gamping disebut endapan sinter kapur, apabila pengendapan terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping di bawah permukaan, kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir adalah unsur pengotor yang mengendap saat proses pengendapan. Keberadaan  pengotor memberikan klasifikasi jenis batu gamping. Persentase unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu gamping mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam. Warna kemerah-merahan disebabkan oleh adanya unsur mangan sementara kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsur organik.
Mineral pengotor lain yang terdapat pada batu gamping tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit adalah magnesit; kuarsa; feldspar; (kaolin, illit dsb); besi (hematit, ilmenit); dan mineral sulfida (pirit, markasit). Batu gamping bersifat keras, padat, dan dapat pula bersifat sarang.
Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karabonat dalam batuan. Jika kandungan kalsit dalam batuan dominan, maka dapat dikatakan sebagai batu gamping. Apabila kandungan dolomit (MgCO3) yang paling  banyak (>15%) maka batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan dolomit (Tabel 1).
Batu gamping yang mengalami meta-morfosa akan berubah penampakan-nya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batu gamping tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada marmer.  Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan batu gamping sehingga membentuk kalsit.
Di beberapa daerah endapan batu gamping sering ditemukan gua dan sungai bawah tanah. Hal itu terjadi  akibat reaksi batu gamping dengan resapan air hujan yang mengandung CO2 maupun dari hasil pembusukan zat-zat organik dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah kemudian melarutkan batu gamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut:
CaCO3 + 2 CO2 + H2O à Ca (HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun di dalam tubuh batu gamping terjadi rongga. Gejala ini tidak hanya terjadi di dalam, tetapi juga di permukaan yang langsung berhubungan dengan udara luar yang kadang-kadang membentuk topografi karst yang indah menarik dan unik, atau juga sering dijumpai berbagai lubang tegak, miring, atau datar.
Tabel 1 Klasifikasi batu gamping berdasarkan unsur ikutannya.

Batu gamping Lempungan
Batu gamping
CaCO3  > 95 %
Lempung  < 5 %
Batu gamping napalan
CaCO3  ;  85 - 95 %
Lempung ;  5 - 15 %
Batugamping napal
CaCO3  ;  75 - 85 %
Lempung  ; 15 - 25 %
Napal gampingan
CaCO3  ;  65 - 75 %
Lempung ;  25 - 35 %
Napal
CaCO3  ;  35 - 75 %
Lempung ;  35 - 65 %
Napal lempung
CaCO3  ;  25 - 35 %
Lempung ;  65 - 75 %
Lempung napal
CaCO3  ;  15 - 25 %
Lempung ;  75 - 85 %
Lempung napalan
CaCO3  ;   5 - 15 %
Lempung ;  85 - 95 %
Lempung (karlin)
CaCO3  ;   <  5 %
Lempung ;  > 95 %
Pemanfaatan di industri dan perdagangan
Kapur putih
CaCO3  > 90 %
Lempung  < 10 %
Kapur hidrolis
CaCO3  ;  75 - 90 %
Lempung ;  10 - 25 %
Kapur semen
CaCO3  ;  70 - 75 %
Lempung ;  25 - 30 %
Kapur romawi
CaCO3  ;  60 - 70 %
Lempung ;  30 - 40 %
Portland semen
CaCO3  ;  25 - 60 %
Lempung ;  40 - 75 %
Berdasarkan adanya kalsit dan magnesit
Batugamping
Kalsit  >  95%
Magnesit     < 5 %
Batugamping  magnesiuman
Kalsit  >  90 - 95%
Magnesit      5 - 10%
Batugamping dolomitan
Kalsit       50 - 90%
Magnesit     10 - 50%
Dolomit gampingan
Kalsit      10 - 50%
Magnesit     50 - 90%
Dolomit
Kalsit  <  0%
Magnesit  > 90%
Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena ka dan kimianya.  2.2 Mineralogi
2.2. Mineralogi
Batu gamping adalah batuan sedimen mengandung CaCO3 (Kalsium karbonat = kalsit).  Aragonit yang berkomposisi kimia serupa CaCO3 tapi berbeda struktur kristalnya adalah mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu terubah menjadi kalsit. Mineral karbonat lain yang berasosiasi dengan batu gamping adalah kalsit dan aragonit dalam jumlah kecil adalah siderit (FeCO3 ) ankerit (Ca,Mg, Fe(CO3)4) dan magnesit (MgCO3). Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena kesamaan sifat fisika dan kimianya. Walau demikian untuk batuan yang relatif monomineralic dan kompak; berat jenis, warna, bentuk kristal dan sifat fisika lainnya dapat digunakan untuk identifikasi batuan tersebut. 
Tingkat solubilitas dari mineral yang berbeda dalam asam encer (dilute hydroulic acid) dapat dipakai sebagai petunjuk dalam penelitian. Tingkat solubilitas dapat diurutkan sebagai berikut, aragonit, kalsit, dan dolomit. Teknik ini sangat berguna dalam laboratorium, tetapi di lapangan aplikasinya sangat terbatas.

2.3 Potensi dan Cadangan
Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap Propinsi.
Tabel 2. Cadangan Batu Gamping Indoneisa menurut Propinsi
Propinsi
Jumlah
Keterangan
1. D.I Aceh 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Barat 9. Jawa Tengah & DIY  10. Jawa Timur 11. Kalimantan Selatan  12. Kalimantan Tengah  13. Nusa Tenggara Barat  14. Nusa Tenggara Timur  15. Sulawesi Utara 16. Sulawesi Selatan 17. Irian Jaya
100,857  5,709  23.273,300  6,875  48,631  2,730  2,961  672,820  125,000  416,400  1.006,800  543,000  1.917,386  229,784  66,300  19,946  240,000
Seluruh cadangan batu kapur ini terklasifikasi sebagai cadangan tereka (termasuk hipotesis dan spekulatif), kecuali cadangan di Nusa TenggaraTimur, sejumlah 61,376 juta ton sebagai cadangan (probable) terunjuk.
Total
28.678,500
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997

Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 % dari cadangan seluruhnya.

Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]:
CaO              :   40  - 55 %;
SiO               :  0,23 - 18,12%;
Al2O3                     :  0,20 -   4,33%;
Fe2O3            :  0,10 -   1,36%;
MgO             :  0,05 -   4.26%;
CO2              :  35,74-42.78%;
H20               :  0,10 -   0,85%;
P2O5             :  0,072 -0.109%;
K2                : 0,18
L.O.I            : 40,06%.

3.    PERTAMBANGAN
3.1 Eksplorasi
Eksplorasi batu gamping dilakukan bertahap. Kegiatan ini dilkerjakan dengan meggunakan cara pemboran dan geolistrik. Besar cadangan dihitung berdasarkan korelasi data pengeboran dengan data geolistrik dan geologi singkapan.
3.2 Penambangan
Secara umum, penambangan batu gamping Indonesia dilakukan dengan cara tambang terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan peledakan sampai di dapat ukuran bongkah yang sesuai. Untuk bongkah yang terlalu besar perlu di bor dan diledak-ulang (secondary blasting). 
Pengambilan bongkah batu gamping biasanya dilakukan dengan wheel loader, lalu dimuat ke alat transportasi (dump truck, belt conveyor, lori dan lain-lain).
3.3 Pengolahan
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2
Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :
·         Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan CO2;
·         CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki;
·         kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2).
Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui reaksi
CaCO3    CaO + CO2
Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1 gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal. Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti reaksi berikut :
MgCO3       MgO + CO2;
MgO disebut juga magnesit kostik.
Pembakaran batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3  yang terurai, tetapi CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik yang aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi adalah CaCO3, dan CO3 terurai menjadi CaO dan MgO.
Pembakaran batu gamping yang mengandung MgCO3 penurunan daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO dan CO2 dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang berukuran besar, agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat dihilangkan dengan alat pembuat gas atau secara alami (Gambar 2).
4.   PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASI
Batu gamping dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, yaitu :
a)   Batu Bangunan
Batu bangunan di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi rumah, jalan, jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak memiliki sumber batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau sebagai batu hias. Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur pejal atau keras serta berhablur dengan daya tekan 800 - 2500 kg/m3
b)   Bahan Bangunan
Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan `+bangunan ini, adalah :
·         (CaO + MgO) min. 5%;
·         (SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;
·         CO2 maks 3%;
·         70% lolos ayakan 0,85 mm
Capuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :
·                                                 Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O à CaO,  SiO2 nH2O (semen)
·                                                 Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O  à CaO, Al2O3 6H2O (semen)
c)   Bahan Penstabil Jalan
Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan campuran kapur padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat. Batu gamping yang dipakai diharapkan berkadar belerang rendah.
d)   Pertanian (Pengapuran)
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk kacang-kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat keasaman antara 6 - 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.
Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran butir <  dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.
Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal memungkinkan nutrient lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran bahan organik (penggemburan tanah).
Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu dapat rnembantu pertumbuhan akar dan mem-beri kontribusi kalsium terhadap tanaman tingkat bermagnesium rendah/ hilang akibat panenan atau erosi.
Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun, sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.
e)   Bahan Keramik
Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.
Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor penentu sebagai bahan baku keramik.
Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun hanya sebagian kecil.
f)    Industri Kaca
Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan dengan kadar sebagai berikut :
·         (SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);
·         (MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);
·         (SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan (CaO;31,8%).
Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.
g)   Industri Bata Silika
Untuk pembuatan bata silika, batu gamping yang diperlukan adalah dengan kadar :
·         CaO minimum 90%;
·         MgO maksimum 4,5%;
·         Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;
·         CO2 maksimum 5%.
h)   Industri Semen
Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai bahan baku utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton batugamping. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :
·         kadar CaO : 50 - 55%;
·         MgO maksimum 2%;
·         kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);
·         kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.
Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam, yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai dengan suhu + 1100 oC.
i)     Pembuatan Karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit, dan petroleumcoke (carbon black).  Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan kalsium karbid mem-punyai spesifikasi :
·         total CaO minimum 92%;
·         MgO maksimum 1,75%;
·         SiO2 maksimum 2%;
·         Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;
·         S maksimum 0,2%;
·         P maksimum 0,02;
·         hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.
j)    Peleburan dan Pemurnian Baja
Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/ dolomit berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan; dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO dalam batu gamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SO2 dan H2S.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, antara lain :
Untuk batu gamping
·         CaO minimum 52%;
·         SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);
·         Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;
·         MgO maksimum 3,5%;
·         Fe2O3 maksimum 0,65%;
·         P maksimum 0,1%.

k)   Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp dan Karet
Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang lunak, berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari kapur (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat dari dolomit.
Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%, kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis (coating) dan pengkilap.
l)    Pembuatan Soda Abu
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
- CaCO3                    : 90 - 99%;
- MgCO3                    : 0,6%
- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.
m) Penjernih  Air
Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu dalam proses kapur soda. Kapur

Tabel 3. Persyaratan batu gamping dan dolomit untuk peleburan dan pemurnian baja.

batugamping
Dolomit
- CaO minimum 52%; - SiO maksimum 4% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 3,5%; - Fe2O3 maksimum 0,65%; - P maksimum 0,1%.
- SiO maksimum 6% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 17 - 19%;



berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi penyebab kekerasan sementara pada air.  Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung CO2 dinetralkan.

Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air ke konsumen.
n)    Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous
Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak sebagai settling agent, dan pengontrol pH.
Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah antara 75 - 80 kg.

1)   Industri Gula
Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar 150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah sebagai berikut :
- H2O            : 0,2%
- HCL            : 0,2%
- SiO2            : 0,1%
- AL2O3                   : 0,1%
- CaO            : 55,0%
- MgO           : 0,4%
- CO2            : 43,6%
- SO4            : tidak nyata
- Na2O K2O    : 0,3%.

5.  PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
5.1 Perkembangan Pemasokan dan Permintaan
Perkembangan produksi dan konsumsi batu gamping Indonesia dalam kurun 1991-1999 naik dengan laju pertum-buhan tahunan  sebesar 18,56 %  dan 14,25 %. Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton tahun 1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991) menjadi 78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar batu gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Industri lainnya adalah industri bahan galian non-logam dan industri kapur (Tabel 4 dan 5).
Dari pengamatan, data ekspor masih nihil berarti Indonesia belum pernah ekspor batu gamping, walaupun usaha ke arah itu ada. Sementara bahan baku yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu flux dan kapur tohor (quicklime).
Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu gamping juga merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah konsumsi batu gamping Indonesia per tahun.
Data yang disajikan di sini merupakan hasil pengolahan kembali data dari Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara volume impor dan harga satuan. Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun yang bersesuaian (Tabel 4).
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping dalam kurun 1991-1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan yang secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton.
Beberapa kemungkinan sehubungan dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam 10 tahun terakhir, meskipun situasi ekonomi belum pulih. Pasokan yang berasal dari perusahaan tanpa izin (non-formal) perlu diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/ satu jenis galian.
Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir (1998-1999) menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif sangat besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan sebenarnya mengingat data yang dikumpulkan belum mencakup data pemakaian di bidang pertanian, konstruksi, dan perumahan.

5.2      Prospek Batu Gamping
Prospek pemasaran di dalam negeri
Perluasan areal pertanian melalui program transmigrasi, terutama di  daerah dengan tingkat keasaman tanah tinggi, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dapat memberi pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian batu gamping di Indonesia.
Di sektor konstruksi/jalan untuk beberapa tahun ke depan selama situasi ekonomi belum pulih peningkatan prospek pemakaian batu gamping relatif stabil. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dengan pembuatan jalan bebas hambatan yang melalui rawa dapat meningkatkan pabrik semen dan tentu saja bertambahnya pemakaian batu gamping untuk semen
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan kebutuhan batu gamping di luar sektor industri akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang besar dan tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor industri pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru dalam usaha pertambangan batu gamping.
Orientasi Ekspor
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping di negara kawasan ASEAN memberikan petunjuk tentang adanya peluang ekspor batugamping Indonesia ke kawasan ini. Malaysia dan Filipina misalnya, perkembangan produksi di kedua negara lebih sedikit dengan konsumsinya.
Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam, Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22-23 juta ton, tidak termasuk kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap tahun [12].
Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen di Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu pada prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan baku mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk menembus pasar ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis mineral dapat diketemukan di Indonesia.

6. PENUTUP
Pertumbuhan suatu negara dapat dilihat dari besarnya pemakaian batu gamping. Hampir semua jenis industri memakai bahan galian ini, baik sebagai bahan utama atau sebagai tambahan.
Pertumbuhan sektor konstruksi merupakan salah satu tolok ukur maju mundurnya pembangunan suatu kota. Dalam hal ini industri semen memegang peranan penting. Dan ini terlihat bahwa pemakai terbesar batu gamping adalah industri semen ini, yang mencapai hampir 87 % dari total konsumsi. Ini menunjukkan bahwa konsumsi batu gamping merupakan salah satu mineral yang tidak terganggu oleh keadaan ekonomi sekarang ini.
Industri lain yang tidak dapat dipisahkan dan kemungkinan akan mengkonsumsi cukup besar adalah industri pertanian. Sektor ini dipastikan membutuhkan bahan baku yang berasal dari batu gamping, baik untuk pemupukan atau dalam rangka penurunan tingkat keasaman tanah pertanian akibat masa tanam yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga memerlukan memerlukan biaya tambahan yang cukup tinggi, sebab kalu tidak, masa produksi akan terus berkurang. 
Selain dua jenis industri di atas, prediksi pemanfaatan di industri kimia mempunyai peluang yang cukup meyakinkan. Saat ini, industri kimia eruakan primdona karena hampir semua jenis bahan galian dipakai di industri ini, baik yang dimiliki ataupun harus diimpor.

DAFTAR PUSTAKA
1.     Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Industri 1988 - 2000., Jakarta 1988 - 2000.
2.     Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Perdagangan Luar Negeri 1988 - 2000., Ekspor dan Impor, Jakarta 1988 - 2000.
3.     Carr D.D and Rooney L.F.F., “Limestone and Dolomit”, Industrial Minerals, March 1990.
4.     Dhadar J.R., “Bahan Galian Indonesia”, Direktorat Jenderal Sumberdaya Mineral.
5.     Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Mineral Aditive Bagi Industri”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta 2000.
6.   Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Perkembangan Kapasitas Nasional Sektor Industri 1996/2000”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Edisi, 2001.
7.     Fowler, W.L., et.Al., ” Industrial Chenmical, 3rd Edition, Mc Graw Hill International Book Company, Newyork, Edition, 1994.
8.     Madiadipoera T. dkk., “Bahan Galian Industri di Indonesia”,. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung 1999.
9.     Pressher J.W. and Pilham L., “Lime Calcium Coumpound”, Mineral Fact and Problem, 1985.
10.   Petti John., “ Lime ind Industrial, 1990.
11.   Suyartono., “Peranan Kapur Untuk Pertanian”, Puslitbang Teknologi Mineral, Bandung 1986.
12.   Teoh L.H., “Industrial Minerals Potensial In Malaysia”, Status Report, 1990.
13.   Wolfe., J.A., “ Mineral Recources A World Review”,. A. Dowden and Culver Book, Chapman and Hall, Nwyork 1994.
14.   Wu John C., “The Mineral Industri”., Mineral Yearbook, Edition 1999.
15. http://kampungminers.blogspot.com/2012/09/batu-gamping.html


-->